mOaB8SxtB0X1FfqkEcWCngeyJrUW9rkTfz5H9ziF

Tantangan Hamil Ketiga Dengan Jarak Dekat

Konten [Tampil]
Tantangan Hamil Ketiga Dengan Jarak Dekat

Pertengahan bulan Juni 2024, saya memasuki akhir trimester pertama alias kehamilan ketiga ini sudah masuk 4 bulan. Perasaan yang dilalui selama ini cukup banyak. Saya tidak menyangka bisa melewatinya sampai hari ini. Apalagi mengalami perubahan kondisi di awal kehamilan yang begitu menantang.

Rasanya mulai lega, karena badan sudah mulai bisa diajak beraktivitas seperti biasa. Tapi banyak hal yang perlu dipersiapkan dari sekarang. Lagi-lagi mulai overthinking “Bisa nggak ya melalui ini semua”.

Ah tapi buktinya sampai sekarang, saya diberikan kehamilan yang sehat dan bisa merawat 2 balita yang sungguh menggemaskan. Saking gemesnya terlalu banyak tingkah laku mereka yang dilakukan. Mulai yang saling menyayangi sampai berantem yang pukul-pukulan bikin kepala geleng-geleng.

Walaupun berat mengasuh 2 balita dalam kondisi hamil, jika dipikirkan dengan hitungan manusia. Saya ikhtiar dan yakin kalau Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya. Dimana ada kesulitan disitu ada jalan kebaikan dan jalan keluar.

Hanya saja, tetap akan ada tantangan yang saya alami selama 4 bulan terakhir ini. Saya diberikan kejutan setiap kejadiannya, selain itu perlu penerimaan yang lapan dada setiap kondisinya. 

Jadi, tantangan apa saja saat mengasuh 2 anak dalam kondisi hamil? Yuk simak cerita pengalaman yang saya alami. 

Produktivitas Menurun

Sebelum hamil ketiga ini, saya sedang memiliki semangat untuk jadi blogger dan content creator. Saya lagi rajin menulis artikel di blog ini tentang parenting, punya target minimal 1 artikel dalam 1 minggu. Saya juga terjun dan sedang branding diri melalui instagram. Bahkan, mulai ikut bisnis produk digital yang sedang ramai saat ini.

Kenyataanya? Duaaaar.

Semua berantakan karena awal hamil saya mabuk berat dan lemas. Lemas saat hamil yang paling berat menurut saya. Saya cukup kesulitan melakukan aktivitas. Pekerjaan domestik di rumah pun terbengkalai, alhamdulillah punya suami yang tidak banyak mengeluh saat rumah berantakan.

Produktivitas menurun, untuk melihat handphone ada chat masuk aja saya malas. Anak-anak sempat terbengkalai masalah makan, saya setiap hari pasti beli makanan matang. Semua itu terjadi kurang lebih 2 bulan, cukup lama buat ibu rumah tangga yang membiarkan pekerjaan domestik menumpuk. 

Semua jadwal dan target yang sudah direncanakan berantakan. Saya pun tidak berani ambil job endorse ataupun lainnya. Walaupun belum tentu diterima, tapi kalau di terima saya takut tidak sanggup menjalaninya. Alhasil, sepi job dan semangat menulis menurun. 

Kadang Egois Pada Diri Sendiri

Kadang egois pada diri sendiri itu benar terjadi apa adanya. Demi mementingkan diri sendiri agar nggak pusing, saya lebih memilih banyak tidur. Pagi hari setelah suami berangkat kerja, saya langsung tidur, pas siang hari pun lanjut tidur.

Alhasil, anak-anak terbengkalai. Pernah seharian anak-anak saya biarkan main handphone aja. Duh sebenarnya sangat menyesal karena dampak anak main gadget itu kurang baik. Bagaimanapun saya juga tidak bisa memenuhi kebutuhan bermain mereka, karena saya tidak ada cukup tenaga. 

Sedih sih mengingat 2 bulan lalu saya melakukan hal itu. Semua terjadi karena diluar kendali, saya juga tidak bisa minta bantuan sama siapa pun. Saya tinggal merantau bersama suami tanpa memiliki saudara dekat di Batam. 

Perhatian yang Terbagi

Perhatian yang terbagi itu sebenarnya sering terjadi. Kebutuhan anak pertama dan anak kedua sangat berbeda. Meski begitu saya kadang menyamakan kebiasaan kedua anak agar tidak kerepotan. Seperti jam mandi, jam makan, dan jam tidur. Saya samakan agar bisa dilakukan bersama. 

Perhatian yang terbagi lagi dengan kondisi perut yang hamil. Kadang tubuh sudah memberikan sinyal kalau sudah lelah. Kondisi di lapangan belum bisa memungkinkan istirahat. Rasanya harus benar-benar menjadi ibu yang super kuat. Hehe

Saat Terjatuh, Tapi Harus Segera Bangkit

Well, tidak dipungkiri bahwa saya merasa stress dengan kondisi saat ini. Merasa terjatuh, lemah dan lelah. Keadaan terus berusaha untuk memberikan petunjuk untuk segera bangkit. Sudah cukup kemarin drop dan nggak melakukan apa-apa.

Saya tidak mungkin terus merasa terpuruk dong. Pada dasarnya, kehamilan adalah rezeki dan anugerah yang tidak ternilai. Kalau saya sedang sedih dan stress dengan kondisi yang dialami. Saya suka menonton video para ibu yang berjuang ingin hamil, bahkan menunggu hamil hingga 12 tahun. Subhanallah. Emang ujian setiap orang akan berbeda-beda. Oleh karena itu, saya tidak boleh berlama-lama stres dan mengeluh.

Saya harus bangkit untuk memperjuangkan impian. Walaupun bukan impian sejak lama, ini adalah impian baru. Saya sangat nyaman menjalaninya. Ingin menjadi blogger sebagai profesi yang lebih serius. Agar saya tidak disebut sebagai ‘hanya ibu rumah tangga’. Tapi saya adalah blogger. Cukup keren bukan. Hehe.

Jadi, apapun tantangan para ibu saat hamil kesekian. Entah hamil pertama, hamil kedua, ketiga dan seterusnya. Yakinlah, bahwa semua ini adalah rezeki dan anugerah yang diberikan Allah. Allah akan menjamin kehidupan setiap manusianya yang berikhtiar dan sabar. Semangat semuanya. Terima kasih.

Related Posts
Amicytia Nadzilah
istri, ibu dari dua anak perempuan dan seorang wanita pembelajar menjadi blogger profesional. Tinggal merantau di pulau sebrang singapura, belajar mandiri dan menulis cerita pengalaman yang dilalui.

Related Posts

Posting Komentar